PENGARUH MODEL
PEMBELAJARAN TERPADU TIPE CONNECTED TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMP
NEGERI 17 MATARAM TAHUN PELAJARAN 2013/2014
PROPOSAL SKRIPSI
Proposal
Diajukan
untuk Memenuhi Persyaratan dalam Menyelesaikan Penelitian
Jurusan Pendidikan Fisika
OLEH
FADHOALINNAS
NIM. 10 241 075
JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
MATARAM
2014
YAYASAN PEMBINA IKIP MATARAM
IKIP MATARAM
JLN PEMUDA 59 A MATARAM
PERSETUJUAN
PROPOSAL SKRIPSI
Proposal skripsi
berjudul: Pengaruh
pembelajaran terpadu tipe connected terhadap hasil belajar fiska siswa SMP
Negeri 17 Mataram Tahun
Pelajaran 2013/2014 disetujui untuk dikembangkan
menjadi skripsi.
Dosen
Pembimbing I
Saiful Prayogi, M.Pd
NIDN
|
Mataram, pebruari 2014
Dosen Pembimbing II
Sukainil
Ahzan,
S.Pd.,M.Si
NIDN
|
Tanggal
Penetapan:
Dekan
Drs. Sumarjan, M.Si
NIK 335090906
|
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik serta
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi yang
berjudul: Pengaruh
pembelajaran terpadu tipe connected terhadap hasil belajar fiska siswa SMP
Negeri 17 Mataram Tahun
Pelajaran 2013/2014 dapat
terselesaikan walaupun masih banyak kekurangannya.
Proposal
Skripsi ini dapat terselesaikan berkat bantuan, dukungan dan dibimbing dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, melalui tulisan ini penulis menyampaikan
ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak
Drs. Sumarjan, M.Si, selaku Dekan FPMIPA IKIP Mataram.
2. Bapak
Saiful Prayogi,
M.Pd, selaku Ketua Juruan Pendidikan Fisika FPMIPA IKIP Mataram.
3. Bapak
Saiful Prayogi,
M.Pd., selaku Dosen Pembimbing I
4.
Bapak Sukainil Ahzan, S.Pd.,M.Si. selaku dosen pembimbing II
5. Bapak
Drs H lalu Mohamad sidik,
MMPd.
selaku kepala sekolah SMPN
17 Mataram.
6.
Bapak Abdurahman, S.Pd selaku guru mata pelajaran IPA SMPN 17 Mataram.
7. Semua
pihak yang telah memberikan kontribusinya dalam penulisan Proposal Skripsi ini.
Semoga
Allah memberikan balasan yang lebih baik atas segala bantuan, bimbingan, dan
segala petunjuk yang telah diberikan kepada penulis.
Penulis sadar akan berbagai kekurangan dari proposal skripsi ini, untuk itu saran dan kritik yang
bersifat membangun penulis harapkan guna lebih sempurnanya proposal skripsi ini. Demikian proposal skripsi ini
penulis buat semoga dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin
Mataram, pebruari 2014
Penyusun
DAFTAR
ISI
Hal
HALAMAN
JUDUL .................................................................................... i
LOGO
......................................................................................................... ..ii
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................... iii
KATA
PENGANTAR ............................................................................... iv
DAFTAR
ISI .............................................................................................. vi
BAB
I PENADAHULUAN......................................................................... 1
A.
Latar Belakang.................................................................................. 1
B.
Rumusan Masalah ............................................................................ 5
C.
Tujuan Penelitian .............................................................................. 5
D.
Manfaat Penelitian ........................................................................... 5
E.
Lingkup Penelitian ........................................................................... 6
F.
Definisi Operasional.......................................................................... 7
BAB
II KAJIAN PUSTAKA...................................................................... 8
A.
Landasan Teori ................................................................................. 8
1.
Belajar............................................................................................ 8
2.
Pembelajaran terpadu tipe connected............................................. 9
3.
Hasil
Belajar ................................................................................ 15
B.
Hasil Penelitian
yang Relevan.......................................................... 16
C.
Kerangka Berpikir ........................................................................... 17
D.
Hipotesis Penelitian ......................................................................... 18
BAB
III METODE PENELITIAN.......................................................... 19
A.
Jenis Penelitian ................................................................................ 19
B.
Rancangan
Penelitian....................................................................... 19
C.
Populasi dan Sampel
........................................................................ 20
D.
Instrumen
Penelitian ........................................................................ 21
E.
Tehnik Pengumpulan
Data .............................................................. 24
F.
Tehnik Analisa Data
........................................................................ 25
DAFTAR
PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Tabel Hal
1.1.nilai rata-rata MID semester 1 SMPN 17 mataram ................................... 3
2.1. sintak
pembeljaran terpadu........................................................................ 11
3.1. rancangan penelitian
................................................................................. 19
3.2. data sebaran populasi populasi penelitian
................................................ 20
3.4. Kriteria reabilitas soal
............................................................................... 23
3.5. kriteria daya pembeda............................................................................... 24
3.5. kriteria taraf kesukaran.............................................................................. 24
DAFTAR
GAMBAR
Gambar Hal
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pendidikan nasional yang berdasarkan pancasila dan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk menggembangkan potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang maha Esa,
berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
Negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang mendukung
kemajuan suatu negara. Proses pendidikan sangat menentukan
lahirnya siswa yang berkompetensi pada suatu bidang tertentu. Pendidikan yang
diharapkan adalah pendidikan yang bermutu dan dapat diterima di dunia kerja
secara luas. Pendidikan dikatakan bermutu jika dapat mengembangkan kemampuan
siswa secara menyeluruh, baik penguasaan ilmu pengetahuan (kognisi), kepribadiannya (afeksi) maupun keterampilannya
(psikomotorik) secara optimal. Pendidikan merupakan pelatihan bagi subjek didik
dalam ilmu dan semangat ilmu. Tujuan pendidikan diarahkan pada pengembangan
kreativitas, karena manusia kreatif adalah hakikat manusia sebagai subjek
pendidikan. Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang menanamkan ilmu yang dapat
mengembangkan keratifitas siswa, dan akan bermutu apabila siswa tersebut dapat mengembangkan kemampuannya dalam
segala aspek dalam mencapai tujuan pendidikan tersebut.
Segala bentuk upaya pemerintahan untuk memajukan pendidikan di
Indonesia yang telah dilakukan diantaranya pada pengembangan perangkat
pembelajaran yaitu mengubah kurikulum KTSP menjadi kurikulum 2013, melakukan
kegiatan peningkatan kemampuan dan kualifikasi tenaga pendidik dan kependidikan
secara sistematis melalui kegiatan sertifikasi guru dan upaya lain yaitu mengoptimalkan
pembelajaran dengan menyediakan fasilitas pendukung terhadap kegiatan belajar
mengajar, misalnya menyediakan buku pembelajaran, peralatan-peralatan sebagai
penunjang kegiatan pembelajaran.
Pembelajaran IPA Fisika merupakan suatu proses interaksi antara
guru, siswa, dan sumber belajar sehingga dapat membantu siswa untuk mengkonstruksi konsep-konsep
Fisika. Pembelajaran Fisika dilaksanakan secara
ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja, dan bersikap ilmiah.
Tujuan mata pelajaran IPA Fisika salah satunya
Tujuan mata pelajaran ipa fisika salah satunya adalah
mengembangkan kemampuan bernalar dalam berfikir analisis, deduktif dengan
menggunnakan konsep serta prinsip fisika
serta menyelesaikan masalah baik secara kualitatif maupun kuantitatif,
kemampuan menyelesaikan soal-soal, menemukan hubungan, merumuskan serta
menunjukkan benarnya suatu generalisasi, termasuk ke dalam tingkat analisis.
Metode berfikir yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk
seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus disebut berfikir
secara deduktif sedangkan metode yang digunakan dalam berfikir dengan bertolak
dari hal-hal khusus ke umum disebut dengan berfikir secara induktif.
Berdasarkan temuan dilapangan dari hasil observasi yang dilakukan
di SMPN 17 Mataram tidak sesuai dari tujuan IPA fisika, selama ini proses
pembelajaran IPA khususnya pada materi Fisika guru juga masih cenderung
menggunakan metode konvensional seperti ceramah dan diskusi informasi. akibatnya masih banyak siswa kurang memperhatikan
guru pada saat guru mengajar, siswa juga masih banyak yang belum bisa
mencetuskan sebuah ide dan gagasan dalam bentuk pertanyaan dan sulit
menghubungkan materi yang diajarkan dengan materi IPA yang lainnya. Proses
pembelajajaran seperti ini tidak efektif dan efisien untuk meningkatkan
prestasi dan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran, sehingga prestasi
rata-rata hasil belajar siswa dibidang IPA fisika masih ada sebagian siswa nilanya belum mencapai kriteria
ketuntasan minimum (KKM) yang telah ditentukan. Hal ini dapat dilihat dari
nilai rata-rata MID semester I.
Table
1.1 nilai rata-rata MID semester I SMPN 17 Mataram,
KELAS
|
NILAI
RATA-RATA
|
Kelas
VIII A
|
72,12
|
Kelas
VIIIB
|
76,21
|
Kelas
VIII C
|
77,68
|
(Sumber:
nilai tengah semester I kelas VIII SMPN 17 Mataram diperoleh dari guru IPA kelas VIII)
Berdasarkan permasalahan pada latar belakang tersebut, maka
peneliti tertarik melakukan penelitian tentang pengaruh pembelajaran terpadu tipe conected terhadap hasil belajar IPA
Fisika siswa kelas VIII SMPN 17 Mataram tahun pelajaran 2013/2014. Pembelajaran
terpadu merupakan pembelajaran yang menggabungkan sejumlah konsep dan sejumlah
mata pelajaran yang berbeda dengan harapan pembelajaran lebih bermakna dan
merupakan suatu cara untuk mengembangkan keterampilan anak secara serentak.
Pembelajaran terpadu selain memadukan berbagai bidang studi, juga memadukan
berbagai pendekatan dan metode pembelajaran, serta memadukan antara teori dan
praktek. Pembelajaran terpadu akan menjadikan pembelajaran lebih bermakna
dengan cara mengembangkan kemampuan dan keterampilan anak secara menyeluruh,
serta menggabungkan atau melibatkan beberapa bidang studi maupun beberapa
materi dalam satu bidang studi. Pembelajaran terpadu memungkinkan siswa untuk
mengembangkan konsep yang dipelajarinya dengan cara mengintegrasikan inter
bidang studi.
menurut Fogarty (1991:14) Model connected model connected adalah pada
keterkaitan dalam seluruh bidang, keterkaitan antar topik, keterkaitan antar
konsep, keterkaitan antar keterampilan, mengaitkan tugas pada hari ini dengan
selanjutnya bahkan ide-ide yang dipelajari pada satu semester dengan ide-ide
yang dipelajari pada semester untuk berikutnya . Menurut Hadisubroto (2000) dalam
Trianto (2010:40) pembelajaran terpadu tipe
conected adalah pembelajaran yang dilakukkan dengan mengaitkan satu pokok
bahasan berikutnya, mengaitkan satu konsep dengan konsep yang lain, dan dapat
juga mengaitkan pekerjaan hari itu dengan pekerjaan hari yang lain atau hari
berikutnya suatu bidang studi.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang yang
telah diuraikan di atas, masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah ada pengaruh
pembelajaran terpadu tipe connected terhadap hasil belajar IPA Fisika siswa kelas VIII SMPN 17 Mataram Tahun
Pelajaaran 2013/2014”.
C.
Tujuan
Penelitian
Tujuan
dari penelitian ini yaitu: mengetahui pengaruh hasil belajar siswa setelah diterapkan model
pembelajaran terpadu tipe connected
D.
Manfaat
Penelitian
Hasil
penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat yang berarti bagi perseorangan maupun
instansi, diantaranya sebagai berikut:
1.
Manfaat
Teoritis
Secara teoritis
manfaat dalam penelitian ini adalah diharapkan mampu memberikan informasi
tentang pengaruh model pembelajaran terpadu
tipe connected untuk meningkatkan hasil belajar IPA Fisika siswa.
2. Manfaat
Praktis
Secara praktis manfaat
penelitian ini adalah sebagai berikut:
a.
Sekolah
Hasil
penelitian dapat dijadikan suatu acuan untuk memperkaya khasanah ilmu
pengetahuan, mengembangkan strategi pembelajaran dan dapat menjadi alternatif
dalam mengatasi masalah pembelajaran terutama pembelajaran fisika.
b.
Guru
Guru Sebagai salah satu pedoman bagi guru dalam bidang studi
fisika, untuk mengembangkan metode mengajar dalam upaya meningkatkan hasil
belajar siswa sehingga proses pembelajaran tidak menimbulkan kejenuhan siswa
dan untuk memadukan konsep- konsep atau
sub pokok bahasan sehingga siswa tahu hubungan-hubungan antar mata pelajaran ipa .
c.
Peneliti
Bagi mahasiswa peneliti, mendapat
pengalaman melaksanakan penelitian
di SMP atau sekolah yang kelak dapat diterapkan saat terjun di lapangan serta
meningkatkan kreativitas untuk membuat buku panduan belajar yang disesuaikan
dengan kurikulum yang berlaku.
E.
Lingkup Penelitian
Untuk
menghindari terjadinya salah penafsiran dalam penelitian ini, maka ruang
lingkup pada penelitian ini terbatas pada :
1.
Model pembelajaran
terpadu tipe connected dan hasil
belajar
2.
Subjek
penelitian adalah siswa kelas VIII SMPN 17 Mataram tahun pelajaran 2013/2014.
3.
Materi yang di ajarkan
pada pokok bahasan bunyi.
F.
Definisi
Operasional
1. Pembelajaran terpadu tipe connected
adalah pada keterkaitan dalam seluruh bidang, keterkaitan
antar topik, keterkaitan antar konsep, keterkaitan antar keterampilan,
mengaitkan tugas pada hari ini dengan selanjutnya bahkan ide-ide yang
dipelajari pada satu semester dengan ide-ide yang dipelajari pada semester untuk berikutnya.
2. Hasil
belajar merupakan prestasi belajar yang dicapai oleh peserta didik setelah
melalui kegiatan pembelajaran dengan cara memberikan yang berbentuk soal-soal
maupun memberikan konsep-konsep misalnya
konsep fisika untuk dibahas dalam bentuk
kelompok seperti yang kita
lakukan dalam penelitian ini
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.
Landasan
Teori
1.
Belajar
Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan
, maka belajar hanya dilami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadinya
atau tidak terjadinya proses belajar. Proses belajar terjadi berkat siswa
memperoleh sesuatu yang ada dilingkungan sekikitar. Lingkungan yang dipelajari
oleh siswa berupa keadaan alam, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, manusia,
atau hal-hal yang dijadikan bahan belajar.
Para ahli psikologi pendidikan
mengemukankan pendapat bendapat yang berbeda-beda. Menurut pandangan Skinner belajar adalah suatu perilaku.
Pada saat orang belajar, maka responsnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila
ia tidak belajar maka responsnya menurun, belajar menurut Gagne belajar merupakan kegiatan yang kompleks. Hasil belajar
berupa kapabilitas. Setelah belajar orang memiliki keterampilan pengetahuan,
sikap, dan nilai. Timbulnya kapabilitas tersebut adalah dari (i) stimulus yang
berasal dari lingkungan, dan (ii) proses
kognitif yang dilakukan oleh pebelajar, belajar menurut pandangan Piaget merupakan pengetahuan yang
dibentuk oleh individu. Sebab individu melakukan interaksi terus menerus dengan
lingkungan. Lingkungan tersebut mengalami perubahan. Dengan adanya interaksi
dengan adanya interaksi dengan lingkungan maka fungsi intelek semakin
berkembang, dan belajar menurut pandangan Rogers
merupakan praktek pendidikan menitip beratkan pada segi pengajaran, bukan
pada siswa yang belajar. Praktek tersebut ditandai oleh peran guru yang dominan
dan siswa hanya menghafalkan pelajaran.
2. Pembelajaran Terpadu Tipe Connected.
a.
Pengertian
1)
Pembelajaran
terpadu
Pembelajaran
terpadu merupakan suatu kecenderungan yang berorientasi pada praktek
pembelajaran sesuai dengan perkembangan (Developmentally
Appropriate Practice). Pendekatan pembelajaran ini didasari pembentukkan
pengetahuan dan struktur intelektual anak. Para Gestalist adalah tokoh-tokoh
yang dirujuk berkenaan dengan pembelajaran harus bermakna, disamping teori
piaget dan para kognitisi lain yang menekan pentingnya program pembelajaran sesuai
dengan perkembangan anak. Aliran gestalt menekankan bahwa belajar merupakan
artinya belajar dimulai dari sesuatu yang utuh bermakna yang dilanjutkan dengan
dengan pendalaman-pendalaman ke spesialisasi menekan bahwa kebermaknaan pada
diri anak dilakukan melalui pengalaman langsung dan konkret yang menghindarkan
dari pembentukkan struktur intelek secera abstarak. Pembelajarn dari kongkret
keabstarak, sederhana ke kompleks, mudah kesulit, dan sebagainya.
Pembelajaran
ini melibatkan anak secara maksimal dan menempatkan siswa sebagai subjek yang
memiliki otorita belajar. Keaktifan siswa dalam belajar bukan karena rancangan
guru menutupi apa yang direncanakan guru, malainkan keaktifan alamiah yang
muncul untuk mengeksporasi tema-tema untuk mendapatkan konsep-konsep yang utuh
dan bermakna. Konsep ini sejalan dengan konsep kurikulum “progresif” yang
dikembangkan oleh Jhon Dewey yaitu belajar melalui kerja (learning by doing).
Collin
dan Dixon, 1991 (dalam Y.Padmono, 2012:13)
menyatakan
pembelajaran terpadu terjadi jika peristiwa ontetik atau eksplorasi topik siswa
dapat belajar proses maupun content dalam hubungan yang lebih luas dari
kurikulum yang telah tersusun dalam satuan waktu tertentu.
Selanjutnya
Collin dan Dixon menekankan bahwa menekan bahwa pembelajaran terpadu dapat
dikembangkan melalui pendekatan inkuiri dengan melibatkan siswa dalam
perencanaan, eksplorasi, dan tukar pendapat atau gagasan. Siswa didorong kerja
sama dalam kelompok, merefleksi bagaimana kegiatan belajar yang telah
dilakukkan, sehingga mereka dapat senantiasa memperbaiki belajarnya secara
mandiri.
Table
2.1. Sintak Pembelajaran Terpadu(Trianto, 2010)
Tahap
|
Tingkah
Laku Guru
|
Fase-1
Pendahuluan
|
1.
Mengaitkan pembelajaran sekarang
dengan pembelajaran sebelumnya.
2.
Memotivasi siswa.
3.
Memberikan pertanyaan kepada siswa
untuk mengetahui konsep-konsep prasyarat yang sudah dikuasai oleh siswa.
4.
Menjelaskan tujuan pembelajaran
(kompetensi dasar dan indikator).
|
Fase-
2
Presensi
materi
|
1.
Presentasi konsep-konsep yang harus
dikuasai oleh siswa melalui demonstrasi dan bahan bacaan.
2.
Presentasi keterampilan proses yang
dikembangkan
3.
Presentasi alat dan bahan yang
dibutuhkan melalui charta.
4.
Memodelkan penggunaan peralatan
melalui charta.
|
Fase-
3
Membimbing
Pelatihan
|
1.
Menempatkan siswa kedalam
kelompok-kelompok belajar.
2.
Mengingatkan cara siswa bekerja dan
berdiskusi secara kelompok sesuai komposisi kelompok.
3.
Membagi buku siswa dan LKS
4.
Mengingatkan cara penyusun laporan
hasil kegiatan.
5.
Memberi bimbingan seperlunya.
6.
Mengumpulkan hasil kerja kelompok
setelah batas waktu di tentukan.
|
Fase-
4
Menelaah
pemahaman dan memberikan umpan balik
|
1.
Mempersiapkan kelompok belajar untuk
diskusi kelas .
2.
Meminta salah satu anggota kelompok
untuk mempresentasikan hasil kegiatan sesuai LKS yang telah dikerjakan.
3.
Meminta anggota kelompok lain
menanggapi hasil presentasi.
4.
Membimbing siswa menyimpulkan hasil
diskusi
|
Fase-
5
Mengembangkan
dengan memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan
|
1.
Mengecek dan memberikan umpan balik terhadap
tugas yang dilakukan.
2.
Membimbing siswa melakukan seluruh
materi pembelajaran yang baru saja di pelajari.
3.
Memberi tugas rumah.
|
Fase-
6
Menganalisis
dan mengevaluasi
|
Guru membantu
siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap kinerja mereka.
|
2)
Tipe
connected
Pembelajaran
terpadu model keterhubungan (connected
model) menurut Fogarty (1991:14) adalah : “model focuses on making explicit
connections with each subject area, connecting one topic to the next,
connecting one concept to another, connecting a skill to relatied skill,
connecting one day’s work to the next, or even one semester’s ideas to the
next”. Pengertian tersebut menunjukkankan bahwa fokus model connected
adalah pada keterkaitan dalam seluruh bidang, keterkaitan antar topik,
keterkaitan antar konsep, keterkaitan antar keterampilan, mengaitkan tugas pada
hari ini dengan selanjutnya bahkan ide-ide yang dipelajari pada satu semester
dengan ide-ide yang dipelajari pada semester untuk berikutnya.
Menurut Hadisubroto (2000) dalam Trianto (2010:40) pembelajaran
terpadu tipe conected adalah
pembelajaran yang dilakukkan dengan mengaitkan satu pokok bahasan berikutnya,
mengaitkan satu konsep dengan konsep yang lain, dan dapat juga mengaitkan
pekerjaan hari itu dengan pekerjaan hari yang lain atau hari berikutnya suatu
bidang studi.
b.
Langkah-langkah
pembelajaran terpadu tipe connected
Sintaks pembelajaran terpadu tipe connected mengikuti tahap-tahap yang dilalui dalam setiap
model pembelajaran yang meliputi tahap perencanaan, tahap pelaksanaan,
dan tahap evaluasi
menurut prabowo (2000) dalam setiyawati (2011).
1.
Pada tahap
perencanaan meliputi
a.
menentukan
kompetensi dasar
b.
menentukan
indikator hasil belajar
c.
menyampaikan
konsep pendukung yang harus dikuasai siswa
d.
menyampaikan
konsep-konsep pokok yang akan dikuasai oleh siswa
e.
menyampaikan
keterampilan proses yang akan dikembangkan
f.
menyampaikan
alat dan bahan yang dibutuhkan
g.
menyampaikan pertanyaan
kunci.
2.
Pada tahap
pelaksanaan meliputi
a.
membagi
kelas menjadi beberapa kelompok
b.
kegiatan
proses
c.
kegiatan
pencatatan data
d.
diskusi.
3.
tahap evaluasi terdiri dari:
a.
evaluasi proses
b.
evaluasi
hasil
c.
evaluasi
psikomotorik.
c.
Keunggulan
dan kelemahan pembelajaran terpadu tipe
connected yaitu:
1)
Keunggulan
Beberapa
keunggulan pembelajaran terpadu tipe
connected (fogarty, 1991:15) antara lain sebagai berikut:
a) Dengan
pengintegrasian ide-ide antar bidang studi, maka siswa mempunyai gambaran yang
luas sebagaimana suatu bidang studi yang terfokus pada suatu aspek tertentu.
b) Siswa
dapat menggembangkan konsep-konsep kunci secara terus menerus, sehingga
terjadilah proses internalisasi.
c) Mengintegrasikan
ide-ide dalam antar bidang studi memungkinkan siswa mengkaji,
mengkonseptualisasi, memperbaiki, serta mengasimilasi ide-ide dalam memecahkan masalah.
2)
Kelemahan
Kelemahan
pembelajaran terpadu tipe connected (Fogarty,
1991:16) yaitu:
a)
Masih kelihatan
terpisahnya interbidang studi
b)
Tidak mendorong guru
untuk bekerja secara team sehingga isi pelajaran tetap terfokus tanpa
merentangkan konsep-konsep serta ide-ide antarbidang studi
c)
Dalam memadukan ide-ide
pada satu bidang studi, maka usaha untuk mengembangkan keterhubungan antar
bidang studi menjadi terabaikan.
3.
Hasil
belajar.
Hasil belajar pada dasarnya adalah
suatu kemampuan yang berupa keterampilan dan perilaku baru sebagai akibat
latihan atau pengalaman. Hasil belajar sering kali digunakan sebagai ukuran
untuk mengetahui seberapa jauh seseorang menguasai bahan yang sudah diajarkan.
Untuk mengaktualisasikan hasil belajar tersebut diperlukan serangkaian
pengukuran menggunakan alat evaluasi yang baik dan memenuhi syarat. Pengukuran
demikian dimungkinkan karena pengukuran merupa kan kegiatan ilmiah yang dapat
diterapkan pada berbagai bidang termasuk pendidikan (Purwanto: 2011).
Selanjutnya Hamalik (dalam Herlina
Retnaningtyas, 2009), menyatakan
hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian,
sikap-sikap, apresiasi, abilitas, dan keterampilan. Hasil belajar bukan hanya
suatu penguasaan hasil latihan saja, melainkan mengubah perilaku. Bukti yang
nyata jika seseorang telah belajar adalah terjadinya perubahan tingkah laku
pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti
menjadi mengerti Herlina Retnaningtyas (2009).
Dari uraian di atas maka hasil belajar adalah prestasi belajar peserta
didik secara keseluruhan yang diperoleh setelah melalui kegiatan belajar.
B.
Penelitian
Relevan
Dalam
penelitian ini dengan menggunakan model pembelajaran terpadu tipe connected sudah ada yang mengadakan penelitian sebelumnya,
yang telah diteliti oleh Tuti Alawiah (2011) pengaruh model pembelajaran terpadu model terkait
(connected) terhadap pemahaman konsep
matematika siswa SMP Muhammadiyah 22 Setiabudi Pamulung. Dari hasil
penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran terpadu model
terkait (connected) berpengaruh terhadap pemahaman konsep siswa SMP
Muhammadiyah 22 Setiabudi Pamulung. Akan tetapi peneliti akan peneliti sekarang mencoba
meneneliti kembali dengan menggunakan model pembelajaran yang sama dengan
variabel yang berbeda disekolah yang berbeda juga.
C.
Kerangka
Berpikir
Belajar merupakan salah satu bentuk kegiatan yang amat penting
bagi kelangsungan hidup manusia. Dengan belajar kita dapat memperoleh sejumlah
kecakapan baik dari segi kognitif, afektif, maupun psikomotorik.
Belajar meliputi beberapa komponen yaitu siswa, guru dan
kurikulum. Guru merupakan salah satu komponen yang sangat penting bagi
berlangsungnya proses belajar mengajar. Guru harus mampu menjalankan fungsinya
sebagai fasilitator yang memberikan fasilitas belajar kepada siswa dan harus
mampu mendesain pembelajaran sebaik mungkin sehingga diperoleh hasil
pembelajaran yang optimal.
Akan tetapi, proses pembelajaran yang berlangsung saat ini pada
umumnya masih menggunakan pembelajaran konvensional dimana pembelajaran masih
berpusat pada guru, siswa diposisikan sebagai objek, siswa dianggap tidak tahu
atau belum tahu apa-apa, sementara guru memposisikan diri sebagai yang
mempunyai pengetahuan. Pembelajaran yang berlangsung kurang memberikan makna
kepada siswa karena guru memberikan materi pelajaran dalam bentuk jadi, selain
itu, materi yang dipelajari terkesan terpisah-pisah, guru kurang mampu
mengaitkan dengan materi lain yang bisa menunjang pemahaman siswa. Siswa kurang
diberi kesempatan untuk melakukan kegiatan secara langsung mencari pengetahuan
sendiri, siswa hanya pasif menerima penjelasan guru dan menghafal rumus-rumus,
akibatnya siswa kurang memahami konsep-konsep yang diajarkan oleh guru. Padahal
proses belajar tidak sekadar menghafal konsep-konsep atau fakta-fakta belaka,
tetapi merupakan kegiatan menghubungkan konsep-konsep untuk menghasilkan
pemahaman yang utuh, sehingga konsep yang dipelajari akan dipahami secara baik
dan tidak mudah dilupakan. Oleh karena itu, seorang guru harus selalu berusaha
mengetahui dan menggali konsep-konsep yang telah dimiliki siswa dan membantu
memadukannya secara harmonis konsep-konsep tersebut dengan pengetahuan baru
yang akan diajarkan melalui penerapan pembelajaran yang tepat.
Pembelajaran terpadu model tipe
connected adalah salah satu model pembelajaran yang menyajikan materi
dengan cara menghubungkan satu topik ke topik yang lain, satu konsep ke konsep
yang lain, satu keterampilan ke keterampilan yang lain tetapi masih dalam satu
mata pelajaran. Kaitan-kaitan yang diadakan dapat secara spontan atau
direncanakan terlebih dahulu. Dengan adanya kaitan ini maka pembelajaran akan
semakin bermakna dalam arti pemahaman siswa akan suatu konsep akan lebih
mendalam.
D.
Hipotesis
Penelitian
Hipotesis merupakan suatu pernyataan
yang penting kedudukannya dalam penelitian, (Arikunto, 2010). Hipotesis adalah anggapan sementara yang masih perlu dibuktikan
kebenarannya. Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah:
Ha : Terdapat pengaruh pembelajaran terpadu
tipe connected terhadap hasil belajar siswa SMPN 17 Mataram
Ho : Tidak terdapat pengaruh
pembelajaran terpadu tipe
connected terhadap hasil belajar siswa SMPN 17
Mataram
BAB
III
METODE
PENELITIAN
A.
Jenis
Penelitian
Jenis
penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimen, yaitu suatu
cara untuk mencari hubungan sebab akibat (hubungan kausal) antara dua faktor
yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan mengeliminasi atau mengurangi
atau menyisihkan faktor-faktor lain yang mengganggu. Eksperimen selalu
dilakukan dengan maksud untuk melihat akibat suatu perlakuan (Arikunto: 2006).
B.
Rancangan
Penelitian
Desain penelitian eksperimen ini, menggunakan
pretest-posttest control group design. Penelitian ini menggunakan dua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas
kontrol. Kedua kelas tersebut masing-masing diberikan pre
test dan post test, tetapi untuk kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran terpadu tipe connected. Untuk lebih jelasnya desain ini dapat dilihat di
tabel di bawah ini:
Tabel 3.1. RancanganPenelitian
Kelas
|
Data awal/
Pre test (a)
|
Perlakuan
|
Data akhir/
Post
test (b)
|
Eksperimen
(X1)
|
Ya
(X1a)
|
Menggunakan model pembelajaran terpadu tipe connected
|
Yb
(X1b)
|
Kontrol
(X2)
|
Ya (X2a)
|
Menggunakan metode yang masih digunakan
guru.
|
Yb
(X2b)
|
Sumber: (Arikunto : 2010)
C.
Populasi
dan Sampel
1.
Populasi
Menurut Arikunto (2006),
populasi
merupakan keseluruhan subjek penelitian.
Berdasarkan
pendapat tersebut, maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah tiga
kelas yaitu kelas VIIIA, VIIIB,
VIIIC SMPN 17 MATARAM yang terdiri dari 3 kelas
dengan
sebaran sebagai berikut:
Tabel 3.2. Data Sebaran Populasi
Penelitian
Kelas
|
Jumlah
Siswa
|
Jumlah
|
VIIIA
|
24
Siswa
|
69Siswa
|
VIIIB
|
23
Siswa
|
|
VIIIC
|
22 Siswa
|
2.
Sampel
Margono
(2003), menjelaskan bahwa sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang
diteliti. Pendapat ini menyatakan bahwa sampel merupakan sebagian dari populasi
sebagai contoh yang diambil dengan menggunakan cara-cara tertentu.
Cara
atau teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah sampling jenuh. Sampling Jenuh adalah teknik
penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini
sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil (Sugiyono: 2011). Apabila
subjeknya kurang
dari 100 lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian
populasi, tetapi jika jumlah subjeknya besar, dapat diambil antara 10 – 15% atau
20 – 25% atau lebih (Arikunto:
2006).
Berdasarkan pendapat tersebut, maka
penelitian ini termasuk penelitian populasi karena yang menjadi sampel dalam
penelitian ini adalah kelas
VIIIA, VIIIB,
VIIIC
SMPN
17 MATARAM tahun
pelajaran 2013/2014.
D.
Instrumen
Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
Tes
Menurut Sugiyono (2011), instrumen Penelitian merupakan alat ukur yang
digunakan dalam penelitian, sedangkan menurut Arikunto
(2006), instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas
untuk mengumpulkan data agar lebih mudah dan lebih baik hasilnya. Tes hasil belajar digunakan untuk mengambil data hasil belajar siswa. Bentuk tes prestasi yang digunakan
adalah pilihan ganda. Tes yang
baik adalah tes yang secara ilmiah telah layak dan memenuhi beberapa syarat
diantaranya. Sehingga pada penelitian ini instrumen yang akan digunakan
terlebih dahulu akan dianalisis kelayakannya melalui:
a.
Uji
Validitas
Validitas
adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan
suatu instrumen. Suatu tes dikatakan valid apabila tes tersebut mampu mengukur
apa yang akan diukur (Arikunto:
2010). Untuk mengukur validitas instrumen digunakan rumus korelasi product moment dengan angka kasar yakni dengan rumus
sebagai berikut:
.............................................(3.1)
Keterangan
rxy = koefisien korelasi antara x dan y
N = jumlah siswa
ΣX = skor tiap butir soal
ΣY = jumlah skor total
ΣX2 = jumlah kuadrat skor tiap butir
soal
ΣY2 = jumlah kuadrat skor total
(ΣX)2
=
kuadrat jumlah skor semua butir soal
(ΣY)2
=
kuadrat jumlah skor total
Hasil
perhitungan dikonsultasikan dengan harga product
moment pada tabel dengan taraf signifikan 5%. Jika rxy> rtabel
maka item soal tersebut dikatakan valid (Arikunto: 2010).
b.
Uji
Reliabilitas
Reliabilitas
berhubungan dengan masalah kepercayaan atau keterandalan. Menurut Arikunto
(2010), suatu tes dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi (reliabel) jika tes tersebut dapat
memberikan hasil yang tetap. Terdapat beberapa teknik yang dapat digunakan
untuk menguji reliabilitas instrumen, salah satunya dengan menggunakan rumus
K-R.20 dengan rumus sebagai berikut:
r11 = ...............................................................................(3.2)
Keterangan:
r11 = reliabilitas instrumen secara keseluruhan
p = proporsi subjek yang menjawab item
dengan benar
q = proporsi subjek yang menjawab item
dengan salah (q=1-p)
Σpq
= jumlah hasil perkalian antara p dan q
n =
banyaknya item
S = standar deviasi dari tes
Harga
r11 yang diperoleh kemudian dikonsultasikan dengan harga r pada
kriteria reliabilitas soal di bawah ini.
Tabel 3.3. Kriteria Reliabilitas Soal
Harga r
|
Keterangan
|
0,00 – 0,20
0,21 – 0,40
0,41 – 0,60
0,61 – 0,80
0,81 – 1,00
|
Sangat rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat tinggi
|
Sumber:
(Arikunto:
2010)
c.
Uji
Daya Beda
Uji
daya beda dimaksudkan untuk menyisihkan butir tes yang mempunyai daya beda
rendah. Rumus yang digunakan adalah :
....................................................................................(3.3
Keterangan :
J : jumlah peserta tes
JA : Banyak peserta kelompok atas
JB : Banyak peserta kelompok bawah
BA : Banyak peserta kelompok atas yang menjawab soal
itu
BB
: Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar
PA : Proporsi peserta kelompok atas yang
menjawab benar
PB : proporsi pesertta kelompok atas yang
menjawab benar
Harga yang diperoleh kemudian
dikonsultasikan dengan harga D pada kriteria daya pembeda soal di bawah ini.
Tabel
3.4.
Kriteria Daya Pembeda
Harga
D
|
Keterangan
|
0,00 - 0,02
0,20 – 0,40
0,40 – 0,70
0,70
– 1,00
|
Jelek
Cukup
Baik
Baik
sekali
|
Sumber:
(Arikunto:
2010)
d.
Uji
Taraf Kesukaran
Persamaan
yang digunakan dalam taraf kesukaran adalah :
......................................................................................................(3.4)
Keterangan :
P : taraf kesukaran
B : banyak siswa yang menjawab soal itu dengan
betul
Js : jumlah seluruh siswa peserta tes
Tabel
3.5. Kriteria
Taraf Kesukaran
Harga
P
|
Keterangan
|
0,00-0,30
0,30-0,70
0,70-1,00
|
Sukar
Sedang
Mudah
|
Sumber:
(Arikunto:
2010)
E.
Teknik Pengumpulan Data
Sumber
data dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol. Jenis data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah:
1.
Data hasil tes
Cara
pengambilan data dilakukan dengan memberikan soal-soal bentuk tes pilihan ganda pada materi pelajaran fisika yang
sudah dibahas sebelumnya pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.
F.
Teknik
Analisa Data
1.
Homogenitas
Sampel
Sebelum diberikan perlakuan,
pada sampel dilakukan uji homogenitas untuk membuktikan kedua sampel homogen
atau tidak. Uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan uji-F (Sudjana: 2002):
|
...........................................................(3.4)
Jika harga Fhitung≥ Ftabel
berarti data
tidak homogen dan jika harga Fhitung≤Ftabel berarti data sudah homogen.
2.
Normalitas
Data
Untuk data tes akhir dilakukan uji normalitas untuk mengetahui apakah
data tes akhir terdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dicari dengan
menggunakan rumus chi-kuadrat:
………………………………………………..…….......(3.5)
Dengan fo menyatakan
frekuensi yang diobservasi dan fh menyatakan frekuensi harapan berdasarkan distribusi frekuensi kurva
normal teoritis. Data terdistribusi normal jika dengan taraf
signifikansi 5%
3.
Uji t (t-test)
Setelah uji homogenitas maka langkah selanjutnya melakukan uji t (t-tes) untuk mengetahui apakah hipotesis yang diajukan diterima
atau ditolak. Untuk menguji hipotesis di atas digunakan rumus t-test Polled Varians
berikut ini (Arikunto: 2010);
…………………..……......(3.6)
Keterangan :
M =
Nilai rata – rata hasil perkelompok
N =
banyaknya subyek
x =
Deviasi setiap nilai
x2 dan x1
y = Deviasi
setiap nilai y2 dan
y1
dapat diperoleh dari - dan dapat diperoleh dari -
Jika thitung ≥ ttabel pada
taraf signifikan 5% (taraf kepercayaan 95%) maka Ha diterima dan Ho
ditolak. Sebaliknya jika thitung < ttabel pada taraf
signifikan 5% (taraf kepercayaan 95%) maka Ha di tolak dan Ho
diterima