Senin, 24 Februari 2014

proposal penelitian ku



PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE CONNECTED TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMP NEGERI 17 MATARAM  TAHUN PELAJARAN 2013/2014




IKIP MIPA 2
 






PROPOSAL SKRIPSI




Proposal

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Menyelesaikan Penelitian Jurusan  Pendidikan Fisika



OLEH



FADHOALINNAS
NIM. 10 241 075






JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
MATARAM
2014








IKIP MIPA 2
 


















IKIP (logo)YAYASAN PEMBINA IKIP MATARAM
IKIP MATARAM
JLN PEMUDA 59 A MATARAM
 

PERSETUJUAN PROPOSAL SKRIPSI
Proposal skripsi berjudul: Pengaruh pembelajaran terpadu tipe connected terhadap hasil belajar fiska siswa SMP Negeri 17 Mataram  Tahun Pelajaran 2013/2014 disetujui untuk dikembangkan menjadi skripsi.


Dosen Pembimbing I


Saiful Prayogi, M.Pd
NIDN
Mataram,    pebruari 2014
Dosen Pembimbing II


Sukainil Ahzan, S.Pd.,M.Si
NIDN

Tanggal Penetapan:
 Dekan


Drs. Sumarjan, M.Si
NIK 335090906



KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi yang berjudul: Pengaruh pembelajaran terpadu tipe connected terhadap hasil belajar fiska siswa SMP Negeri 17 Mataram  Tahun Pelajaran 2013/2014 dapat terselesaikan walaupun masih banyak kekurangannya.
Proposal Skripsi ini dapat terselesaikan berkat bantuan, dukungan dan dibimbing dari berbagai pihak. Oleh karena itu, melalui tulisan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1.      Bapak Drs. Sumarjan, M.Si, selaku Dekan FPMIPA IKIP Mataram.
2.      Bapak Saiful Prayogi, M.Pd, selaku Ketua Juruan Pendidikan Fisika FPMIPA IKIP Mataram.
3.      Bapak Saiful Prayogi, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing I
4.      Bapak Sukainil Ahzan, S.Pd.,M.Si. selaku dosen pembimbing II
5.      Bapak Drs H lalu Mohamad sidik, MMPd. selaku kepala sekolah SMPN 17 Mataram.
6.       Bapak Abdurahman, S.Pd selaku guru mata pelajaran IPA SMPN 17 Mataram.
7.      Semua pihak yang telah memberikan kontribusinya dalam penulisan Proposal Skripsi ini.
Semoga Allah memberikan balasan yang lebih baik atas segala bantuan, bimbingan, dan segala petunjuk yang telah diberikan kepada penulis.
 Penulis  sadar akan berbagai kekurangan dari proposal skripsi ini, untuk itu saran dan kritik yang bersifat membangun penulis harapkan guna lebih sempurnanya proposal skripsi ini. Demikian proposal skripsi ini penulis buat semoga dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin

Mataram,       pebruari 2014

Penyusun


















DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
LOGO ......................................................................................................... ..ii
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................... iii
KATA PENGANTAR ............................................................................... iv
DAFTAR ISI .............................................................................................. vi
BAB I PENADAHULUAN......................................................................... 1
A.       Latar Belakang.................................................................................. 1
B.       Rumusan Masalah ............................................................................ 5
C.       Tujuan Penelitian .............................................................................. 5
D.       Manfaat Penelitian ........................................................................... 5
E.        Lingkup Penelitian ........................................................................... 6
F.        Definisi Operasional.......................................................................... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA...................................................................... 8
A.    Landasan  Teori ................................................................................. 8
1.    Belajar............................................................................................ 8
2.    Pembelajaran terpadu tipe connected............................................. 9
3.    Hasil Belajar ................................................................................ 15
B.     Hasil Penelitian yang Relevan.......................................................... 16
C.     Kerangka Berpikir ........................................................................... 17
D.    Hipotesis Penelitian ......................................................................... 18
BAB III METODE PENELITIAN.......................................................... 19
A.    Jenis Penelitian ................................................................................ 19
B.     Rancangan Penelitian....................................................................... 19
C.     Populasi dan Sampel ........................................................................ 20
D.    Instrumen Penelitian ........................................................................ 21
E.     Tehnik Pengumpulan Data .............................................................. 24
F.      Tehnik Analisa Data ........................................................................ 25
DAFTAR PUSTAKA                            


















DAFTAR  TABEL
Tabel                                                                                                                    Hal
1.1.nilai rata-rata MID semester 1 SMPN 17 mataram ...................................   3
2.1. sintak pembeljaran terpadu........................................................................   11
3.1. rancangan penelitian .................................................................................   19
3.2. data sebaran populasi populasi penelitian  ................................................   20
3.4. Kriteria reabilitas soal ...............................................................................   23
3.5. kriteria daya pembeda...............................................................................   24
3.5. kriteria taraf kesukaran..............................................................................   24
















DAFTAR GAMBAR
Gambar                                                                                                        Hal


BAB I                                                                                                                                             PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Pendidikan nasional yang berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk menggembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara  yang demokratis serta bertanggung jawab.
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang mendukung kemajuan  suatu  negara. Proses pendidikan sangat menentukan lahirnya siswa yang berkompetensi pada suatu bidang tertentu. Pendidikan yang diharapkan adalah pendidikan yang bermutu dan dapat diterima di dunia kerja secara luas. Pendidikan dikatakan bermutu jika dapat mengembangkan kemampuan siswa secara menyeluruh, baik penguasaan ilmu pengetahuan (kognisi),   kepribadiannya (afeksi) maupun keterampilannya (psikomotorik) secara optimal. Pendidikan merupakan pelatihan bagi subjek didik dalam ilmu dan semangat ilmu. Tujuan pendidikan diarahkan pada pengembangan kreativitas, karena manusia kreatif adalah hakikat manusia sebagai subjek pendidikan. Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang menanamkan ilmu yang dapat mengembangkan keratifitas siswa, dan akan bermutu apabila siswa tersebut   dapat mengembangkan kemampuannya dalam segala aspek dalam mencapai tujuan pendidikan tersebut.
Segala bentuk upaya pemerintahan untuk memajukan pendidikan di Indonesia yang telah dilakukan diantaranya pada pengembangan perangkat pembelajaran yaitu mengubah kurikulum KTSP menjadi kurikulum 2013, melakukan kegiatan peningkatan kemampuan dan kualifikasi tenaga pendidik dan kependidikan secara sistematis melalui kegiatan sertifikasi guru dan upaya lain yaitu mengoptimalkan pembelajaran dengan menyediakan fasilitas pendukung terhadap kegiatan belajar mengajar, misalnya menyediakan buku pembelajaran, peralatan-peralatan sebagai penunjang kegiatan pembelajaran.
Pembelajaran IPA Fisika merupakan suatu proses interaksi antara guru, siswa, dan sumber belajar sehingga dapat membantu siswa untuk  mengkonstruksi konsep-konsep Fisika. Pembelajaran Fisika dilaksanakan secara ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja, dan bersikap ilmiah. Tujuan mata pelajaran IPA Fisika salah satunya
Tujuan mata pelajaran ipa fisika salah satunya adalah mengembangkan kemampuan bernalar dalam berfikir analisis, deduktif dengan menggunnakan konsep serta prinsip fisika  serta menyelesaikan masalah baik secara kualitatif maupun kuantitatif, kemampuan menyelesaikan soal-soal, menemukan hubungan, merumuskan serta menunjukkan benarnya suatu generalisasi, termasuk ke dalam tingkat analisis. Metode berfikir yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus disebut berfikir secara deduktif sedangkan metode yang digunakan dalam berfikir dengan bertolak dari hal-hal khusus ke umum disebut dengan berfikir secara induktif.
Berdasarkan temuan dilapangan dari hasil observasi yang dilakukan di SMPN 17 Mataram tidak sesuai dari tujuan IPA fisika, selama ini proses pembelajaran IPA khususnya pada materi Fisika guru juga masih cenderung menggunakan metode konvensional seperti ceramah dan diskusi informasi.  akibatnya masih banyak siswa kurang memperhatikan guru pada saat guru mengajar, siswa juga masih banyak yang belum bisa mencetuskan sebuah ide dan gagasan dalam bentuk pertanyaan dan sulit menghubungkan materi yang diajarkan dengan materi IPA yang lainnya. Proses pembelajajaran seperti ini tidak efektif dan efisien untuk meningkatkan prestasi dan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran, sehingga prestasi rata-rata hasil belajar siswa dibidang IPA fisika masih ada  sebagian siswa nilanya belum mencapai kriteria ketuntasan minimum (KKM) yang telah ditentukan. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata MID semester I.
Table 1.1 nilai rata-rata MID semester I SMPN 17 Mataram,
KELAS
NILAI RATA-RATA 
Kelas VIII A
72,12
Kelas VIIIB
76,21
Kelas VIII C
77,68
(Sumber: nilai tengah semester  I kelas VIII  SMPN 17 Mataram diperoleh dari guru IPA  kelas VIII)
Berdasarkan permasalahan pada latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik melakukan penelitian tentang pengaruh pembelajaran terpadu tipe conected terhadap hasil belajar IPA Fisika siswa kelas VIII SMPN 17 Mataram tahun pelajaran 2013/2014. Pembelajaran terpadu merupakan pembelajaran yang menggabungkan sejumlah konsep dan sejumlah mata pelajaran yang berbeda dengan harapan pembelajaran lebih bermakna dan merupakan suatu cara untuk mengembangkan keterampilan anak secara serentak. Pembelajaran terpadu selain memadukan berbagai bidang studi, juga memadukan berbagai pendekatan dan metode pembelajaran, serta memadukan antara teori dan praktek. Pembelajaran terpadu akan menjadikan pembelajaran lebih bermakna dengan cara mengembangkan kemampuan dan keterampilan anak secara menyeluruh, serta menggabungkan atau melibatkan beberapa bidang studi maupun beberapa materi dalam satu bidang studi. Pembelajaran terpadu memungkinkan siswa untuk mengembangkan konsep yang dipelajarinya dengan cara mengintegrasikan inter bidang studi.
menurut Fogarty (1991:14)  Model connected model connected adalah pada keterkaitan dalam seluruh bidang, keterkaitan antar topik, keterkaitan antar konsep, keterkaitan antar keterampilan, mengaitkan tugas pada hari ini dengan selanjutnya bahkan ide-ide yang dipelajari pada satu semester dengan ide-ide yang dipelajari pada semester untuk berikutnya . Menurut Hadisubroto (2000) dalam Trianto (2010:40) pembelajaran terpadu tipe conected adalah pembelajaran yang dilakukkan dengan mengaitkan satu pokok bahasan berikutnya, mengaitkan satu konsep dengan konsep yang lain, dan dapat juga mengaitkan pekerjaan hari itu dengan pekerjaan hari yang lain atau hari berikutnya suatu bidang studi.


B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah ada pengaruh pembelajaran terpadu tipe connected terhadap hasil belajar IPA  Fisika siswa kelas VIII SMPN 17 Mataram Tahun Pelajaaran 2013/2014”.
C.    Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini yaitu: mengetahui pengaruh  hasil belajar siswa setelah diterapkan model pembelajaran terpadu tipe connected
D.    Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat yang berarti bagi perseorangan maupun instansi, diantaranya sebagai berikut:
1.      Manfaat Teoritis
Secara teoritis manfaat dalam penelitian ini adalah diharapkan mampu memberikan informasi tentang pengaruh model pembelajaran terpadu tipe connected untuk meningkatkan hasil belajar IPA Fisika siswa.
2.      Manfaat Praktis
               Secara praktis  manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
a.      Sekolah    
      Hasil penelitian dapat dijadikan suatu acuan untuk memperkaya khasanah ilmu pengetahuan, mengembangkan strategi pembelajaran dan dapat menjadi alternatif dalam mengatasi masalah pembelajaran terutama pembelajaran fisika.

b.      Guru
      Guru Sebagai salah satu pedoman bagi guru dalam bidang studi fisika, untuk mengembangkan metode mengajar dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa sehingga proses pembelajaran tidak menimbulkan kejenuhan siswa dan untuk  memadukan konsep- konsep atau sub pokok bahasan sehingga siswa tahu hubungan-hubungan antar  mata pelajaran ipa .
c.       Peneliti
Bagi mahasiswa peneliti, mendapat pengalaman melaksanakan penelitian di SMP atau sekolah yang kelak dapat diterapkan saat terjun di lapangan serta meningkatkan kreativitas untuk membuat buku panduan belajar yang disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku.
E.     Lingkup Penelitian
                  Untuk menghindari terjadinya salah penafsiran dalam penelitian ini, maka ruang lingkup pada penelitian ini terbatas pada :
1.      Model pembelajaran terpadu tipe connected dan hasil belajar
2.      Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII SMPN 17 Mataram tahun pelajaran 2013/2014.
3.      Materi yang di ajarkan pada pokok bahasan bunyi.





F.     Definisi Operasional
1.      Pembelajaran terpadu tipe connected adalah pada keterkaitan dalam seluruh bidang, keterkaitan antar topik, keterkaitan antar konsep, keterkaitan antar keterampilan, mengaitkan tugas pada hari ini dengan selanjutnya bahkan ide-ide yang dipelajari pada satu semester dengan ide-ide yang dipelajari pada semester untuk  berikutnya.
2.      Hasil belajar merupakan prestasi belajar yang dicapai oleh peserta didik setelah melalui kegiatan pembelajaran dengan cara memberikan yang berbentuk soal-soal maupun memberikan konsep-konsep misalnya konsep fisika untuk dibahas dalam bentuk kelompok seperti  yang kita lakukan dalam penelitian ini




BAB II                                                                                                                                               KAJIAN PUSTAKA
A.     Landasan Teori
1.      Belajar
Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan , maka belajar hanya dilami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar. Proses belajar terjadi berkat siswa memperoleh sesuatu yang ada dilingkungan sekikitar. Lingkungan yang dipelajari oleh siswa berupa keadaan alam, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, manusia, atau hal-hal yang dijadikan bahan belajar.
Para ahli psikologi pendidikan mengemukankan pendapat bendapat yang berbeda-beda. Menurut pandangan Skinner belajar adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar, maka responsnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responsnya menurun, belajar menurut Gagne belajar merupakan kegiatan yang kompleks. Hasil belajar berupa kapabilitas. Setelah belajar orang memiliki keterampilan pengetahuan, sikap, dan nilai. Timbulnya kapabilitas tersebut adalah dari (i) stimulus yang berasal  dari lingkungan, dan (ii) proses kognitif yang dilakukan oleh pebelajar, belajar menurut pandangan Piaget merupakan pengetahuan yang dibentuk oleh individu. Sebab individu melakukan interaksi terus menerus dengan lingkungan. Lingkungan tersebut mengalami perubahan. Dengan adanya interaksi dengan adanya interaksi dengan lingkungan maka fungsi intelek semakin berkembang, dan belajar menurut pandangan Rogers merupakan praktek pendidikan menitip beratkan pada segi pengajaran, bukan pada siswa yang belajar. Praktek tersebut ditandai oleh peran guru yang dominan dan siswa hanya menghafalkan pelajaran.
2.      Pembelajaran Terpadu Tipe Connected.
a.        Pengertian
1)        Pembelajaran terpadu
Pembelajaran terpadu merupakan suatu kecenderungan yang berorientasi pada praktek pembelajaran sesuai dengan perkembangan (Developmentally Appropriate Practice). Pendekatan pembelajaran ini didasari pembentukkan pengetahuan dan struktur intelektual anak. Para Gestalist adalah tokoh-tokoh yang dirujuk berkenaan dengan pembelajaran harus bermakna, disamping teori piaget dan para kognitisi lain yang menekan pentingnya program pembelajaran sesuai dengan perkembangan anak. Aliran gestalt menekankan bahwa belajar merupakan artinya belajar dimulai dari sesuatu yang utuh bermakna yang dilanjutkan dengan dengan pendalaman-pendalaman ke spesialisasi menekan bahwa kebermaknaan pada diri anak dilakukan melalui pengalaman langsung dan konkret yang menghindarkan dari pembentukkan struktur intelek secera abstarak. Pembelajarn dari kongkret keabstarak, sederhana ke kompleks, mudah kesulit, dan sebagainya.
Pembelajaran ini melibatkan anak secara maksimal dan menempatkan siswa sebagai subjek yang memiliki otorita belajar. Keaktifan siswa dalam belajar bukan karena rancangan guru menutupi apa yang direncanakan guru, malainkan keaktifan alamiah yang muncul untuk mengeksporasi tema-tema untuk mendapatkan konsep-konsep yang utuh dan bermakna. Konsep ini sejalan dengan konsep kurikulum “progresif” yang dikembangkan oleh Jhon Dewey yaitu belajar melalui kerja (learning by doing).
Collin dan Dixon, 1991 (dalam Y.Padmono, 2012:13)  menyatakan pembelajaran terpadu terjadi jika peristiwa ontetik atau eksplorasi topik siswa dapat belajar proses maupun content dalam hubungan yang lebih luas dari kurikulum yang telah tersusun dalam satuan waktu tertentu.
Selanjutnya Collin dan Dixon menekankan bahwa menekan bahwa pembelajaran terpadu dapat dikembangkan melalui pendekatan inkuiri dengan melibatkan siswa dalam perencanaan, eksplorasi, dan tukar pendapat atau gagasan. Siswa didorong kerja sama dalam kelompok, merefleksi bagaimana kegiatan belajar yang telah dilakukkan, sehingga mereka dapat senantiasa memperbaiki belajarnya secara mandiri.



Table 2.1. Sintak Pembelajaran Terpadu(Trianto, 2010)
Tahap
Tingkah Laku Guru
Fase-1
Pendahuluan
1.    Mengaitkan pembelajaran sekarang dengan pembelajaran sebelumnya.
2.    Memotivasi  siswa.
3.    Memberikan pertanyaan kepada siswa untuk mengetahui konsep-konsep prasyarat yang sudah dikuasai oleh siswa.
4.    Menjelaskan tujuan pembelajaran (kompetensi dasar dan indikator).
Fase- 2
Presensi materi
1.    Presentasi konsep-konsep yang harus dikuasai oleh siswa melalui demonstrasi dan bahan bacaan.
2.    Presentasi keterampilan proses yang dikembangkan
3.    Presentasi alat dan bahan yang dibutuhkan melalui charta.
4.    Memodelkan penggunaan peralatan melalui charta.
Fase- 3
Membimbing
Pelatihan
1.    Menempatkan siswa kedalam kelompok-kelompok belajar.
2.    Mengingatkan cara siswa bekerja dan berdiskusi secara kelompok sesuai komposisi kelompok.
3.    Membagi buku siswa dan LKS
4.    Mengingatkan cara penyusun laporan hasil kegiatan.
5.    Memberi bimbingan seperlunya.
6.    Mengumpulkan hasil kerja kelompok setelah batas waktu di tentukan.
Fase- 4
Menelaah pemahaman dan memberikan umpan balik
1.    Mempersiapkan kelompok belajar untuk diskusi kelas .
2.    Meminta salah satu anggota kelompok untuk mempresentasikan hasil kegiatan sesuai LKS yang telah dikerjakan.
3.    Meminta anggota kelompok lain menanggapi hasil presentasi.
4.    Membimbing siswa menyimpulkan hasil diskusi
Fase- 5
Mengembangkan dengan memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan
1.    Mengecek dan memberikan umpan balik terhadap tugas yang dilakukan.
2.    Membimbing siswa melakukan seluruh materi pembelajaran yang baru saja di pelajari.
3.    Memberi tugas rumah.
Fase- 6
Menganalisis dan mengevaluasi
Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap kinerja mereka.

2)        Tipe connected
Pembelajaran terpadu model keterhubungan (connected model) menurut Fogarty (1991:14) adalah : “model focuses on making explicit connections with each subject area, connecting one topic to the next, connecting one concept to another, connecting a skill to relatied skill, connecting one day’s work to the next, or even one semester’s ideas to the next”. Pengertian tersebut menunjukkankan bahwa fokus model connected adalah pada keterkaitan dalam seluruh bidang, keterkaitan antar topik, keterkaitan antar konsep, keterkaitan antar keterampilan, mengaitkan tugas pada hari ini dengan selanjutnya bahkan ide-ide yang dipelajari pada satu semester dengan ide-ide yang dipelajari pada semester untuk  berikutnya.
Menurut Hadisubroto (2000) dalam Trianto (2010:40) pembelajaran terpadu tipe conected adalah pembelajaran yang dilakukkan dengan mengaitkan satu pokok bahasan berikutnya, mengaitkan satu konsep dengan konsep yang lain, dan dapat juga mengaitkan pekerjaan hari itu dengan pekerjaan hari yang lain atau hari berikutnya suatu bidang studi.








b.        Langkah-langkah pembelajaran terpadu tipe connected
Sintaks pembelajaran terpadu tipe connected mengikuti tahap-tahap yang dilalui dalam setiap model pembelajaran yang meliputi tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, dan tahap evaluasi menurut prabowo (2000) dalam setiyawati (2011).
1.      Pada tahap perencanaan meliputi
a.       menentukan kompetensi dasar
b.      menentukan indikator hasil belajar
c.       menyampaikan konsep pendukung yang harus dikuasai siswa
d.      menyampaikan konsep-konsep pokok yang akan dikuasai oleh siswa
e.       menyampaikan keterampilan proses yang akan dikembangkan
f.        menyampaikan alat dan bahan yang dibutuhkan
g.       menyampaikan pertanyaan kunci.
2.      Pada tahap pelaksanaan meliputi
a.       membagi kelas menjadi beberapa kelompok
b.      kegiatan proses
c.       kegiatan pencatatan data
d.       diskusi.
3.       tahap evaluasi terdiri dari:
a.        evaluasi proses
b.      evaluasi hasil
c.       evaluasi psikomotorik.
c.         Keunggulan dan kelemahan pembelajaran terpadu tipe connected yaitu:
1)        Keunggulan
Beberapa keunggulan pembelajaran terpadu tipe connected (fogarty, 1991:15) antara lain sebagai berikut:
a)      Dengan pengintegrasian ide-ide antar bidang studi, maka siswa mempunyai gambaran yang luas sebagaimana suatu bidang studi yang terfokus pada suatu aspek tertentu.
b)      Siswa dapat menggembangkan konsep-konsep kunci secara terus menerus, sehingga terjadilah proses internalisasi.
c)      Mengintegrasikan ide-ide dalam antar bidang studi memungkinkan siswa mengkaji, mengkonseptualisasi, memperbaiki, serta mengasimilasi ide-ide dalam  memecahkan masalah.







2)        Kelemahan
Kelemahan pembelajaran terpadu tipe connected (Fogarty, 1991:16) yaitu:
a)        Masih kelihatan terpisahnya interbidang studi
b)        Tidak mendorong guru untuk bekerja secara team sehingga isi pelajaran tetap terfokus tanpa merentangkan konsep-konsep serta ide-ide antarbidang studi
c)        Dalam memadukan ide-ide pada satu bidang studi, maka usaha untuk mengembangkan keterhubungan antar bidang studi menjadi terabaikan.
3.      Hasil belajar.
Hasil belajar pada dasarnya adalah suatu kemampuan yang berupa keterampilan dan perilaku baru sebagai akibat latihan atau pengalaman. Hasil belajar sering kali digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui seberapa jauh seseorang menguasai bahan yang sudah diajarkan. Untuk mengaktualisasikan hasil belajar tersebut diperlukan serangkaian pengukuran menggunakan alat evaluasi yang baik dan memenuhi syarat. Pengukuran demikian dimungkinkan karena pengukuran merupa kan kegiatan ilmiah yang dapat diterapkan pada berbagai bidang termasuk pendidikan (Purwanto: 2011).
Selanjutnya Hamalik (dalam Herlina Retnaningtyas, 2009), menyatakan hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, abilitas, dan keterampilan. Hasil belajar bukan hanya suatu penguasaan hasil latihan saja, melainkan mengubah perilaku. Bukti yang nyata jika seseorang telah belajar adalah terjadinya perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti Herlina Retnaningtyas (2009).
Dari uraian di atas maka hasil belajar adalah prestasi belajar peserta didik secara keseluruhan yang diperoleh setelah melalui kegiatan belajar.
B.     Penelitian Relevan
Dalam penelitian ini dengan menggunakan model pembelajaran terpadu tipe connected  sudah ada yang mengadakan penelitian sebelumnya, yang telah diteliti oleh Tuti Alawiah (2011) pengaruh model pembelajaran terpadu model terkait (connected) terhadap pemahaman konsep  matematika siswa SMP Muhammadiyah 22 Setiabudi Pamulung. Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran terpadu model terkait (connected) berpengaruh terhadap pemahaman konsep siswa SMP Muhammadiyah 22 Setiabudi Pamulung. Akan tetapi peneliti akan peneliti sekarang mencoba meneneliti kembali dengan menggunakan model pembelajaran yang sama dengan variabel yang berbeda disekolah yang berbeda juga.



C.     Kerangka Berpikir
Belajar merupakan salah satu bentuk kegiatan yang amat penting bagi kelangsungan hidup manusia. Dengan belajar kita dapat memperoleh sejumlah kecakapan baik dari segi kognitif, afektif, maupun psikomotorik.
Belajar meliputi beberapa komponen yaitu siswa, guru dan kurikulum. Guru merupakan salah satu komponen yang sangat penting bagi berlangsungnya proses belajar mengajar. Guru harus mampu menjalankan fungsinya sebagai fasilitator yang memberikan fasilitas belajar kepada siswa dan harus mampu mendesain pembelajaran sebaik mungkin sehingga diperoleh hasil pembelajaran yang optimal.
Akan tetapi, proses pembelajaran yang berlangsung saat ini pada umumnya masih menggunakan pembelajaran konvensional dimana pembelajaran masih berpusat pada guru, siswa diposisikan sebagai objek, siswa dianggap tidak tahu atau belum tahu apa-apa, sementara guru memposisikan diri sebagai yang mempunyai pengetahuan. Pembelajaran yang berlangsung kurang memberikan makna kepada siswa karena guru memberikan materi pelajaran dalam bentuk jadi, selain itu, materi yang dipelajari terkesan terpisah-pisah, guru kurang mampu mengaitkan dengan materi lain yang bisa menunjang pemahaman siswa. Siswa kurang diberi kesempatan untuk melakukan kegiatan secara langsung mencari pengetahuan sendiri, siswa hanya pasif menerima penjelasan guru dan menghafal rumus-rumus, akibatnya siswa kurang memahami konsep-konsep yang diajarkan oleh guru. Padahal proses belajar tidak sekadar menghafal konsep-konsep atau fakta-fakta belaka, tetapi merupakan kegiatan menghubungkan konsep-konsep untuk menghasilkan pemahaman yang utuh, sehingga konsep yang dipelajari akan dipahami secara baik dan tidak mudah dilupakan. Oleh karena itu, seorang guru harus selalu berusaha mengetahui dan menggali konsep-konsep yang telah dimiliki siswa dan membantu memadukannya secara harmonis konsep-konsep tersebut dengan pengetahuan baru yang akan diajarkan melalui penerapan pembelajaran yang tepat.
Pembelajaran terpadu model tipe connected adalah salah satu model pembelajaran yang menyajikan materi dengan cara menghubungkan satu topik ke topik yang lain, satu konsep ke konsep yang lain, satu keterampilan ke keterampilan yang lain tetapi masih dalam satu mata pelajaran. Kaitan-kaitan yang diadakan dapat secara spontan atau direncanakan terlebih dahulu. Dengan adanya kaitan ini maka pembelajaran akan semakin bermakna dalam arti pemahaman siswa akan suatu konsep akan lebih mendalam.
D.    Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan suatu pernyataan yang penting kedudukannya dalam penelitian, (Arikunto, 2010). Hipotesis adalah anggapan sementara yang masih perlu dibuktikan kebenarannya. Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah:
Ha : Terdapat pengaruh pembelajaran terpadu tipe connected terhadap hasil belajar siswa SMPN 17 Mataram
Ho : Tidak terdapat pengaruh  pembelajaran terpadu tipe connected terhadap  hasil belajar siswa SMPN 17 Mataram


BAB III
METODE PENELITIAN
A.       Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimen, yaitu suatu cara untuk mencari hubungan sebab akibat (hubungan kausal) antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan mengeliminasi atau mengurangi atau menyisihkan faktor-faktor lain yang mengganggu. Eksperimen selalu dilakukan dengan maksud untuk melihat akibat suatu perlakuan (Arikunto: 2006).
B.       Rancangan Penelitian
Desain penelitian eksperimen ini, menggunakan pretest-posttest control group design. Penelitian ini menggunakan dua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kedua kelas tersebut masing-masing diberikan pre test dan post test, tetapi untuk kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran terpadu tipe connected. Untuk lebih jelasnya desain ini dapat dilihat di tabel di bawah ini:
Tabel 3.1. RancanganPenelitian
Kelas
Data awal/
Pre test (a)
Perlakuan
Data akhir/
Post
test (b)
Eksperimen
(X1)
Ya
(X1a)
Menggunakan model pembelajaran terpadu tipe connected
Yb
(X1b)
Kontrol
(X2)
Ya (X2a)
Menggunakan metode yang masih digunakan guru.
Yb
(X2b)











Sumber: (Arikunto : 2010)



C.       Populasi dan Sampel 
1.         Populasi
Menurut Arikunto (2006), populasi merupakan keseluruhan subjek penelitian. Berdasarkan pendapat tersebut, maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah  tiga  kelas  yaitu kelas VIIIA, VIIIB, VIIIC SMPN 17 MATARAM yang terdiri dari 3  kelas dengan sebaran sebagai berikut:
Tabel 3.2. Data Sebaran Populasi Penelitian
Kelas
Jumlah Siswa
Jumlah
VIIIA
24 Siswa
69Siswa
VIIIB
23 Siswa
VIIIC
22 Siswa

2.         Sampel
Margono (2003), menjelaskan bahwa sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Pendapat ini menyatakan bahwa sampel merupakan sebagian dari populasi sebagai contoh yang diambil dengan menggunakan cara-cara tertentu.
Cara atau teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah sampling jenuh. Sampling Jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil (Sugiyono: 2011). Apabila subjeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi, tetapi jika jumlah subjeknya besar, dapat diambil antara 10 – 15% atau 20 – 25% atau lebih (Arikunto: 2006).
Berdasarkan pendapat tersebut, maka penelitian ini termasuk penelitian populasi karena yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah kelas VIIIA, VIIIB, VIIIC  SMPN 17 MATARAM  tahun pelajaran 2013/2014.
D.      Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.      Tes
Menurut Sugiyono (2011), instrumen Penelitian merupakan alat ukur yang digunakan dalam penelitian, sedangkan menurut Arikunto (2006), instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas untuk mengumpulkan data agar lebih mudah dan lebih baik hasilnya. Tes hasil belajar digunakan untuk mengambil data hasil belajar siswa. Bentuk tes prestasi yang digunakan adalah pilihan ganda. Tes yang baik adalah tes yang secara ilmiah telah layak dan memenuhi beberapa syarat diantaranya. Sehingga pada penelitian ini instrumen yang akan digunakan terlebih dahulu akan dianalisis kelayakannya melalui:
a.    Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu tes dikatakan valid apabila tes tersebut mampu mengukur apa yang akan diukur (Arikunto: 2010). Untuk mengukur validitas instrumen digunakan rumus korelasi product moment dengan angka kasar yakni dengan rumus sebagai berikut:
.............................................(3.1)

Keterangan
rxy  = koefisien korelasi antara x dan y
N   = jumlah siswa
ΣX = skor tiap butir soal
ΣY = jumlah skor total
ΣX2 = jumlah kuadrat skor tiap butir soal
ΣY2 = jumlah kuadrat skor total
(ΣX)2 = kuadrat jumlah skor semua butir soal
(ΣY)2 = kuadrat jumlah skor total
Hasil perhitungan dikonsultasikan dengan harga product moment pada tabel dengan taraf signifikan 5%. Jika rxy> rtabel maka item soal tersebut dikatakan valid (Arikunto: 2010).
b.    Uji Reliabilitas
Reliabilitas berhubungan dengan masalah kepercayaan atau keterandalan. Menurut Arikunto (2010), suatu tes dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi (reliabel) jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Terdapat beberapa teknik yang dapat digunakan untuk menguji reliabilitas instrumen, salah satunya dengan menggunakan rumus K-R.20 dengan rumus sebagai berikut:
r11  =  ...............................................................................(3.2)
Keterangan:
r11    = reliabilitas instrumen secara keseluruhan
p     = proporsi subjek yang menjawab item dengan benar
q     = proporsi subjek yang menjawab item dengan salah (q=1-p)
Σpq = jumlah hasil perkalian antara p dan q
n      =  banyaknya item
S      = standar deviasi dari tes
Harga r11 yang diperoleh kemudian dikonsultasikan dengan harga r pada kriteria reliabilitas soal di bawah ini.
Tabel 3.3. Kriteria Reliabilitas Soal
Harga r
Keterangan
0,00 – 0,20
0,21 – 0,40
0,41 – 0,60
0,61 – 0,80
0,81 – 1,00
Sangat rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat tinggi
Sumber: (Arikunto: 2010)
c.    Uji Daya Beda
Uji daya beda dimaksudkan untuk menyisihkan butir tes yang mempunyai daya beda rendah. Rumus yang digunakan adalah :
....................................................................................(3.3
Keterangan :
J      : jumlah peserta tes
JA   : Banyak peserta kelompok atas
JB    : Banyak peserta kelompok bawah
BA  : Banyak peserta kelompok atas yang menjawab soal itu
BB : Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar
PA   : Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
PB   : proporsi pesertta kelompok atas yang menjawab benar
Harga yang diperoleh kemudian dikonsultasikan dengan harga D pada kriteria daya pembeda soal di bawah ini.
Tabel 3.4. Kriteria Daya Pembeda
Harga D
Keterangan
0,00 - 0,02
0,20 – 0,40
0,40 – 0,70
0,70 – 1,00
Jelek
Cukup
Baik
Baik sekali
Sumber: (Arikunto: 2010)
d.    Uji Taraf Kesukaran
Persamaan yang digunakan dalam taraf kesukaran adalah :
......................................................................................................(3.4)
Keterangan :
P     : taraf kesukaran
B     : banyak siswa yang menjawab soal itu dengan betul
Js     : jumlah seluruh siswa peserta tes
Tabel 3.5. Kriteria Taraf Kesukaran
Harga P
Keterangan
0,00-0,30
0,30-0,70
0,70-1,00
Sukar
Sedang
Mudah
Sumber: (Arikunto: 2010)
E.       Teknik Pengumpulan Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Jenis data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah:


1.      Data hasil tes
Cara pengambilan data dilakukan dengan memberikan soal-soal bentuk tes pilihan ganda pada materi pelajaran fisika yang sudah dibahas sebelumnya pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.
F.        Teknik Analisa Data
1.         Homogenitas Sampel
Sebelum diberikan perlakuan, pada sampel dilakukan uji homogenitas untuk membuktikan kedua sampel homogen atau tidak. Uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan uji-F (Sudjana: 2002):
...........................................................(3.4)


Jika harga Fhitung≥ Ftabel berarti data tidak homogen dan jika harga Fhitung≤Ftabel berarti data sudah homogen.
2.         Normalitas Data
Untuk data tes akhir dilakukan uji normalitas untuk mengetahui apakah data tes akhir terdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dicari dengan menggunakan rumus chi-kuadrat:
………………………………………………..…….......(3.5)

Dengan fo menyatakan frekuensi yang diobservasi dan fh menyatakan frekuensi harapan berdasarkan distribusi frekuensi kurva normal teoritis. Data terdistribusi normal jika  dengan taraf signifikansi 5%
3.         Uji t (t-test)
Setelah uji homogenitas maka langkah selanjutnya melakukan uji t (t-tes) untuk mengetahui apakah hipotesis yang diajukan diterima atau ditolak. Untuk menguji hipotesis  di atas digunakan rumus t-test Polled Varians berikut  ini (Arikunto: 2010);
…………………..……......(3.6)
                        Keterangan  :
                  M  =  Nilai rata – rata  hasil  perkelompok
                  N  =  banyaknya  subyek
                  x  =  Deviasi  setiap  nilai  x2  dan  x1
                  y =  Deviasi  setiap  nilai  y2 dan  y1
  dapat diperoleh dari  -  dan  dapat diperoleh dari  -  
Jika thitung ≥ ttabel pada taraf signifikan 5% (taraf kepercayaan 95%) maka Ha diterima dan Ho ditolak. Sebaliknya jika thitung < ttabel pada taraf signifikan 5% (taraf kepercayaan 95%) maka Ha di tolak dan Ho diterima